Taman Wisata Alam (TWA) Pangandaran.
Belum lengkap rasanya jika
mengunjungi objek wisata Pantai Pangandaran bila tidak menginjakkan kaki di
Taman Wisata Alam (TWA) Pangandaran. Objek wisata ini merupakan satu-satunya
objek wisata hutan yang ada di Pangandaran, Kabupaten Ciamis. Keadaan topografi
sebagian besar landai dan di beberapa tempat terdapat tonjolan bukit kapur yang
terjal. TWA Pangandaran
memiliki kekayaan sumber daya hayati berupa flora dan fauna serta keindahan
alam. Hutan sekunder yang berumur 50-60 tahun dengan jenis dominan antara lain
laban, kisegel, merong , dan sebagainya. Juga terdapat beberapa jenis pohon
peninggalan hutan primer seperti pohpohan kondang, dan benda . Hutan pantai
hanya terdapat di bagian timur dan barat kawasan, ditumbuhi pohon formasi
Barringtonia, seperti butun, ketapang.
Dengan
berbagai ragam flora, kawasan TWA Pangandaran merupakan habitat yang cocok bagi
kehidupan satwa-satwa liar, antara lain tando, monyet ekor panjang , lutung ,
kalong , banteng, rusa, dan landak. Sedangkan jenis burung antara lain burung cangehgar,
tlungtumpuk, cipeuw , dan jogjog. Jenis reptilia adalah biawak , tokek, dan
beberapa jenis ular, antara lain ular pucuk.
Banyaknya flora dan fauna yang berkembang biak
di sana merupakan daya tarik tersendiri. Tidak heran jika TWA Pangadaran tidak
pernah sepi dari kunjungan para wisatawan. Selain itu, TWA ini mempunyai
berbagai daya tarik lainnya, seperti Batu Kalde, salah satu peninggalan sejarah
zaman Hindu. Selain itu, banyak terdapat gua alam dan gua buatan seperti Gua
Panggung, Gua Parat, Gua Lanang, Gua Sumur Mudal, dan gua-gua peninggalan
Jepang.
Daya
tarik lainnya yang berada di TWA, baik yang berada di kawasan cagar alam darat
maupun cagar alam laut, adalah Batu Layar, Cirengganis, Pantai Pasirputih di
kawasan cagar alam laut. Lalu, padang pengembalaan Cikamal, yang merupakan
areal padang rumput dan semak seluas 20 ha sebagai habitat banteng dan rusa.
Air terjun yang berada di kawasan cagar alam bagian selatan, dapat ditempuh
dengan jalan kaki selama 2 jam melalui jalan setapak.
Sejarah kawasan
Pada
tahun 1922, seorang Belanda bernama Eyken membeli tanah pertanian di pananjung
Pangandaran, kemudian memindahkan penduduk yang tinggal di daerah yang sekarang
menjadi taman wisata alam. Selanjutnya daerah tersebut dikelola sebagai daerah
perburuan pada tahun 1931. Pada tahun 1934, daerah tersebut diresmikan menjadi
sebuah wildreservaat dengan keputusan Statblad 1934 nomor 663. Tetapi dengan
ditemukannya jenis-jenis tumbuhan penting, termasuk Raflesia patma pada tahun
1961, membuat statusnya diubah menjadi cagar alam, dengan Surat Keputusan
Menteri Pertanian No.34KMP/tahun 1961. Akhirnya pada 1978, karena adanya
potensi yang dapat mendukung pengembangan pariwisata alam, sebagian wilayah
cagar alam yang berbatasan dengan areal permukiman statusnya diubah menjadi
taman wisata alam. Tahun 1990
dikukuhkan pula kawasan perairan di sekitar cagar alam laut (470 ha), sehingga
luas kawasan perairan di sekitar Pangandaran seluruhnya menjadi 1.500 ha.
Perkembangan selanjutnya berdasarkan SK Menteri Kehutanan No.104/kpts-II/1993,
pengusahaan TWA Pangandaran diserahkan kepada Perum Perhutani dan diserahkan
fisik pengelolaannya pada 1 November 1999.
TWA
Pangandaran mempunyai banyak legenda, seperti legenda Gua Parat. Gua ini dulu
tempat bertapa dan bersemedi beberapa pangeran dari Mesir, yaitu Pangeran
Kesepuluh (Syekh Ahmad), Pangeran Kanoman (Syekh Muhammad), Pangeran Maja
Agung, dan Pangeran Raja Sumenda. Di dalam gua ini terdapat dua kuburan sebagai
tanda bahwa di tempat inilah Syekh Ahmad dan Muhamad menghilang (tilem).
Gua Panggung
Menurut
cerita, yang berdiam digua ini adalah Embah Jaga Lautan atau disebut pula Kiai
Pancing Benar. Beliau merupakan anak angkat dari Dewi Loro Kidul dan ibunya
menugaskan untuk menjaga lautan di daerah Jabar dan menjaga pantai Indonesia
pada umumnya. Oleh karena itu, beliau disebut Embah Jaga Lautan.
Gua Lanang
Gua
ini dulunya merupakan keraton pertama Kerajaan Galuh. Sedangkan keraton yang
kedua terdapat di Karang Kamulyan Ciamis. Raja Galuh adalah laki-laki (lanang)
yang sedang berkelana.
Batu Kalde atau Sapi Gumarang
Di
tempat ini, menurut cerita, tinggal seorang sakti yang dapat menjelma menjadi
seekor sapi yang gagah berani dan sakti. Sapi Gumarang adalah nakhoda kapal.
Cirengganis
Cerita ini berawal dari adanya sebuah pemandian berupa sungai kepunyaan seorang raja bernama Raja Mantri. Pada suatu hari, Raja Mantri pergi untuk melihat-lihat pemandiannya. Kebetulan waktu itu Dewi Rangganis dan para inangnya sedang mandi. Karena terdorong oleh perasaan hatinya, Raja Mantri mengambil pakaian Dewi Rangganis. Karena kesal, Dewi Rangganis kemudian berkata, barang siapa menemukan bajunya, bila perempuan akan dijadikan saudara dan bila laki-laki akan dijadikan suami. Kawasan Konservasi Sumber Daya Alam Pangandaran semula merupakan tempat perladangan penduduk. Tahun 1922, ketika Y. Eycken menjabat Residen Priangan, diusulkan menjadi Taman Buru. Pada waktu itu dilepaskan seekor Banteng, 3 ekor Sapi Betina dan beberapa ekor rusa. Karena memiliki keanekaragam satwa yang unik dan khas serta perlu dijaga habitat dan kelangsungan hidupnya maka pada tahun 1934, status kawasan tersebut diubah menjadi Suaka Margasatwa dengan luas 530 ha.
Tahun
1961, setelah ditemukan bunga Raflesia Fatma yang langka, statusnya diubah lagi
menjadi Cagar Alam. Dengan semakin meningkatnya kebutuhan masyarakat akan
tempat rekreasi, maka pada tahun 1978, sebagian kawasan tersebut (37,70 ha)
dijadikan Taman Wisata. Pada tahun 1990 dikukuhkan kawasan perairan di
sekitarnya sebagai Cagar Alam Laut (470 ha), sehingga luas seluruhnya menjadi
1.000 ha.
Dalam
perkembangan selanjutnya, berdasarkan SK Menteri Kehutanan No. 104/Kpts-II/1993
pengusahaan wisata TWA Pangandaran diserahkan dari Direktorat Jenderal
Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam kepada Perum Perhutani. Kegiatan wisata
yang dapat dilakukan di kawasan konservasi Pangandaran dan sekitarnya adalah:
lintas alam, bersepeda, berenang, bersampan, scuba diving, snorking dan melihat
peninggalan sejarah.
Cagar
alam seluar ± 530 hektar, yang diantaranya termasuk wisata seluas 37,70 hektar
berada dalam pengelolaan SBKSDA Jawa Barat II. Memiliki berbagai flora dan
fauna langka seperti Bunga Raflesia Padma, Banteng, Rusa dan berbagai jenis
Kera. Selain itu, terdapat pula gua-gua alam dan gua buatan seperti: Gua
Panggung, Gua Parat, Gua Sumur Mudal, Gua Lanang, gua Jepang serta sumber air
Rengganis dan Pantai Pasir Putih dengan Taman Lautnya. Untuk Taman Wisata Alam
(TWA) dikelola Perum Perhutani Ciamis.
Sumber
: http://www.mypangandaran.com/wisata/detail/4/cagar-alam-pananjung.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar